Cerpen: Kugapai Cita-Cita Lima Tahun


Judul: Kugapai Cita-Cita Lima Tahun

Oleh: Adriansyah

 
     Ujian terberat yang harus dilewati oleh Adli, seorang Mahasiswa IAIN tatkala menargetkan kesuksesan lima tahun pada sebuah narasi obrolanya bersama teman dekatnya yang bernama Nur. Adli harus menguatkan tekad untuk memenuhi impianya itu, motivasinya harus kuat dalam menempuh proses cita-cita yang harus ia lalui selama lima tahun. Hari-hari dilaluli dengan belajar dan berdiskusi bersama teman temanya maupun teman dekatnya yakni si Nur. tak lupa dengan sandaran vertikalnya sebagai hamba untuk selalu meminta petunjuk dalam perjalanan hidupnya yakni kepada Allah Swt. dan penopang batin hari-harinya yakni sang Ibunda dan bapak tercinta.
 
    Adli seorang perantau yang jauh dari orang tua dan keluarga,tinggal sendiri bersama sepi dan ilusi-ilusi impian kesuksesan yang selalu terngiang dikepalanya, semangatnya belajar dan mengejar cita-citanya lima tahun membuatnya jarang bertemu orang tua dan keluarganya. Hari berlalu ia hadapi dengan suka dan duka, bulan berganti bulan ia lalui dengan proses yang penuh dinamika, tahun berganti tahun yang kian membuatnya optimis mencapai cita-cita lima tahun. Tepatnya tiga tahun berlalu setelah kulaiah Sarjana, Adli ingin melanjutkan jenjang Magisternya, namun ada problem ekonoimi yang membuatnya harus berfikir lebih keras lagi, ia tidak putus harapan mencari alternatif, singkat kata hingga diujung perjuanganya ia sangat bersyukur karena mendapat kesempatan mendaftar beasiswa di Universitas pilihanya, ia mulai berjuang lagi bersaing dari berbagai pelosok negri berusaha mengambil kuota kelulusan sebagai mahasiswa magister Psikologi, selang beberapa minggu pengumuman, akhirnya hari H pengumuman tiba, Adli yang kini makin jauh dari perantauan pasrah akan segala ikihtiar maupun tawakkal yang sudah ia jalani dengan maksimal, sebelum berangkat untuk melihat pengumuman ia menelpon orang tuanya,
 
Adli : halo, Ibu, pak.. doakan Adli yaa mudahan-mudahan Adli mendapat kesempatan untuk melanjutkan jenjang pendidikan Magister saya, agar bisa membahagiakan mama dengan bapak,meskipun do’a do’aku sudah saya langitkan,tetapi tanpa restu dari bapak dan Ibu semuanya akan nihil.
 
Bapak/Ibu Adli : nak, apapun langkah yang kamu tempuh saat ini selagi masih sesuai dengan syari’at dan bermanfaat bagi sekitar lakukan, kami selalu mendukungmu apapun keputusanmu nak, selalu berdo’a setiap langkah dan aktivitasmu.  

Adli : Terimakasih bapak, ibu, sudah mendukung apa yang menjadi langkah dan impian saya selama ini. Oh iyaa mak pak, kalau begitu saya berangkat di kampus mau melihat pengumuman hari ini, mari yaa bapak ibu Wassalamu’alaikum warahmatullah...
 
Bapak / Ibu Adli : Iyaa nak, hati hati yaa, Waalaikumusaalam warahmatullah...  

    Berangkatlah Adli, beberapa km dari tempatnya tinggal sambil berdo’a dan berasumsi dalam benaknya, sesampainya di kampus ia menuju gedung fakultas, dengan perasaan cemas dan berharap ia kemudian melihat dan mencari namanya, mulai ia menyusuri nama-nama yang tidak lulus, terus ia mencari dan ia bersyukur namanya tidak terdaftar di barisan yang tidak lulus tes pendaftaran, kemudian ia mulai beralih nama-nama yang lulus mulai ia susuri dari bawah, dan Alhamdulullahnya nama Adli tercantum di urutan ke 14 dengan nilai 3.69 dari 42 peserta yang lulus, dengan perasaan haru dan berurai air mata tak terbendung sebab selama ini impianya melanjutkan pendidikan Magister Psikologi akhirnya menemui happy ending.
 
    Perkuliahan terus ia jalani dengan giat, minggu-minggu menghiasi harinya dengan belajar yang giat, bulan berganti bulan dengan segala dinamika yang ia jalani dan harus lewati, singkat kata dua tahun ia jalani pendidikan Magister yang akhirnya berbuah manis dihari ramah tama dan Wisudah Adli lagi dan lagfi tak bisa membendung kebahagiaan dan Air matanya melihat kedua orang tuanya kedua kalinya menghadiri wisudahnya. Selang beberapa waktu Adli kembali ke kampusnya ia memulai Sarjana untuk mengabdi, ia baru teringat dengan teman dekatnya dulu yang bernama Nur, mereka terpisah melanjutkan pendidikan masing-masing setelah wisudah Sarjana, singkat kata, Adli mulai mencari keberadaan Nur, yang ternyata juga sudah menyelesaikan Magisternya dengan jurusan yang sama yakni Psikologi, dan akan mengabdi juga di kampus Awal kali ia masuk sebagai Mahasiswa sarjana.  

    Suatu hari Adli mengatakan kepada Nur, bahwa kini Cita-citanya yang dinarasikan lima tahun yang lalu sudah tercapai, tetapi masih ada lagi satu yang belum tercapai 
 
Nur : Cita Cita Apa itu yang belum tercapai selain menjadi magister Psikolog.? 
 
Adli : lima tahun yang lalu saya berjanji harus jadi lulusan Magister Psikologi, dan selain itu saya mau melamar kamu. Yaah secara tidak langsung, itulah kedua cita cita saya selama lima tahun.  




 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENYIAPKAN MAHASISWA SIAP DI DUNIA KERJA, PRODI KPI GELAR LIFE SKILL MENJAHIT

Puisi: Dia Tak Tahu